Cerita Sex Hot Saat Paman Tidak Ada

Saat Paman Tidak Ada

Cerita Sex Hot | Aku dibesarkan di sebuah desa yang boleh dibilang tidak begitu ramai. Akan tetapi karena nenek memiliki
anak yang lumayan banyak, sehingga keadaan di rumah kami sedikit berbeda dengan tetangga yang lain. Aku
sendiri sebenarnya hanya anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan, terpaut beda sekitar lima
tahun denganku.
Keadaan keluargaku sedikit kurang beruntung dibanding saudara-saudara ibu yang lain, ayahku hanya
seorang pekerja serabutan, sedang ibuku sesekali menjadi tukang cuci. Oleh sebab itu, sejak kecil kami
telah banyak ditolong oleh saudara-saudara ibu yang lain. Kakakku sendiri sejak kecil sudah tinggal
bersama kakak perempuan ibuku yang paling besar. Meski saudara-saudara ibu sudah mempunyai rumah
sendiri, tetapi jarak yang tak begitu jauh, menjadikan anak-anak mereka lebih sering tinggal di rumah
nenek.Aku sendiri tinggal bersama nenek.

Cerita Sex Hot Saat Paman Tidak Ada

Diantara semua cucu-cucu nenek, aku termasuk anak yang sedikit kurang pintar. Sehari-hari, sudah menjadi
makananku, jika aku menjadi bahan ledekan atau jahilan dari saudara-saudaraku. Meski begitu, aku tidak
pernah merasa sakit hati. Diantara semua saudara ibu, aku paling dekat dengan pamanku, adik ibu paling
kecil. Beliau merupakan paman yang baik. Sebenarnya paman menyayangi semua keponakan, tapi perasaanku
mengatakan, aku jauh lebih disukai dibanding anak-anak lain.

Terbukti jika paman memberi uang, aku selalu mendapat lebih.Pernah suatu kali, aku tidak naik kelas.
Ketika semua mengejek, pamanlah yang berusaha menenangkan hatiku. Kata paman, tidak semua orang pintar
di pelajaran. Mungkin unggul di hal lain, seperti aku, kata paman. Sifatku lebih baik dibanding
keponakan lain. Aku orangnya jujur, begitu kata paman. Itu lebih penting dibanding pintar tapi gak baik.

Kunjungi Juga CeritaSexTerbaru.Net

Paman sendiri bekerja di luar kota, biasanya sabtu minggu baru pulang. Saat umurku 9 tahun, paman
akhirnya menikah, dengan seorang wanita yang usianya 8 tahun lebih muda dari paman. Saat menikah, paman
sudah berusia sekitar 34 tahun. Dan ternyata, paman menikahi seorang wanita yang baik juga di mataku.
Menurutku paman sangat beruntung.

Awalnya, 1 tahun pertama pernikahan, mereka tinggal bersama kami, di rumah nenek. Tapi kemudian mereka
pindah, walaupun rumahnya tidak begitu jauh, hanya 15 menit jika menggunakan sepeda dari rumah nenek.
Menjelang tahun ketiga pernikahan mereka, pekerjaan paman mengharuskan paman sering berkeliling ke
kota-kota besar, hingga kadang baru 2 minggu bahkan sebulan, paman baru pulang.

Entahlah, karena mungkin ketidakhadiran momongan yang tak kunjung datang, membuat mereka jauh lebih
memperhatikanku. Bahkan secara terus terang, paman bilang ke ibuku: untuk biaya sekolah, orang tuaku tak
perlu kuatir. Memang, sejak menginjakkan kaki di bangku sekolah, pamanlah yang banyak membantuku. Hingga
akhirnya, permintaan paman untuk menemani bibi jika dia tidak ada, tidak bisa aku tolak. Begitu juga
dengan kedua orang tuaku, mereka malah kelihatan jauh lebih bahagia dibanding aku.

Kunjungi Juga CeritaSexTerbaru.ORG

Lama-kelamaan, hubunganku dengan bibiku makin terjalin erat. Bahkan akhirnya sejak masuk SMP, aku
memutuskan untuk tinggal dengan mereka sepenuhnya. Tak jarang, bibi selalu tertawa melihat tingkahku,
atau mungkin kebodohanku. Dari aku juga, bibi kadang sering berusaha mengorek masa lalu paman, terutama
mengenai gadis-gadis di kampung yang pernah dekat dengan paman. Jika keponakan lain kebanyakan berusaha
memberi kesan bagus untuk paman, aku sendiri bicara apa adanya, karena paman yang menyuruhku.

“Gak apa-apa, bilang aja semuanya, toh masa lalu sudah lama berlalu.” katanya waktu itu.

Ya, sebenarnya pamanku termasuk orang lumayan juga, pacarnya bahkan banyak. Kata ibuku, sejak SMP, paman
memang banyak disukai orang, terutama teman-teman wanitanya. Kata ibu, paman sepenarnya tidak pintar,
tapi dia sangat rajin. Kepolosanku lah yang mungkin membuat bibi senang juga terhadapku.Cerita Sex Hot

Sejak pindah, perhatian bibi kurasa semakin besar. Bukan hanya perhatian sekolah, tapi kasih sayangnya
kurasakan besar pula. Tak jarang dia mengusap kepala dan menbelai pundakku jika aku melakukan hal bodoh
atau menjadi ledekan orang lain. Mungkin hanya badanku yang besar, tapi perkembangan tingkahku agak
telat. Aku malah lebih sering main dengan anak-anak SD dibanding teman sebaya.

Suatu hari, saat sedang asyik nonton TV bertiga, tiba-tiba paman bertanya kepadaku. “Kamu sudah pernah
lihat bokep ya? Andi yang bilang.” Andi adalah nama tetangga depan rumahku.

Aku mengangguk. ”Tapi dia juga pernah.” kataku membela diri.

“Kamu lihat di mana?” tanya paman.
“Dulu sih, waktu SD, di rumahnya kang Rosyid.” kataku.
“Kalau Andi?” tanya paman lagi.
”Gak ah, paman. Aku sudah janji gak bilang, pokoknya masih di tetangga lihatnya.” jawabku.

Mata paman mendelik, tapi kemudian dia berkata, ”Ya sudah,” dia tersenyum. ”Paman mau tidur dulu. Kamu
jangan sering-sering nonton bokep, gak baik buat pertumbuhanmu.” paman mengingatkan.

Ketika paman sudah pergi, ganti bibi yang menanyaiku. “Emang Andi nonton di rumah siapa? Pasti Ical ya,
memang nakal kan dia?” kata bibi.

“Aku sudah janji gak bilang, Bi.” kataku.

Bibi tersenyum. ”Ngomong-ngomong, kamu sudah mimpi belum?” tanyanya.

Aku mengangguk.

”Sejak kapan?” dia bertanya lagi.
”Akhir SD, Bi.” jawabku.
“Wah, belum lama juga.” katanya.
”Emang kenapa, Bi?” tanyaku.
“Gak apa-apa. Hati-hati aja kalau bergaul, dan jangan sering nonton yang gitu-gitu. Bener kata pamanmu.”
katanya.
“Baru dua kali kok, Bi.” jawabku tanpa dosa.

Bibi tersenyum dan mengusap rambutku.

Dan akhirnya, dua minggu setelah kejadian itu…

Aku ingat betul, paman baru pulang malam itu saat aku sudah terlelap. Tapi udara yang begitu dingin
membuatku terbangun dan ingin ke belakang. Namun niatku membuka pintu aku batalkan, karena kudengar
suara desah seseorang di ruang TV yang tak begitu jauh dari kamarku. Akhirnya rasa penasaran membawaku
mendekati jendela dan berusaha mengintip. Untung kamarku selalu aku matikan lampunya jika tidur, jadi
dari dalam, aku leluasa bergerak.Cerita Sex Hot

Jantungku deg-degan saat kulihat TV menyala dan adegan mesum telah diputar disana, sementara di bangku
panjang yang menghadap TV, kulihat paman telah melakukan sesuatu. Aku tahu dia sedang apa, walaupun
badan bibi tertutup sandaran kursi panjang, dan hanya ujung kepalanya yang terlihat di pinggiran kursi,
tapi melihat posisi paman yang duduk di hadapannya, dengan bagian atas tanpa penutup, aku tahu dia
sedang menggauli bibi.

Paman sepertinya lebih konsentrasi dengan bibi daripada adegan di TV. Sesaat kulihat paman menengadahkan
kepalanya sambil bersuara ahh… terdengar sangat lega. Kemudian dia berjalan mendekati meja dan mengambil
remote, dan benar dugaanku, dia tidak berpakaian sama sekali. Kontolnya tampak basah dan mulai
mengkerut. Dia sudah berhasil croot di dalam memek bibi.

Itu pertama kalinya aku melihat adegan paman dan bibi. Terus terang, aku terangsang. Kontolku ngaceng
tak terkendali. Masih sambil menatap tubuh bugil bibi yang tidak begitu jelas, aku onani. Kukeluarkan
pejuhku di lantai kamar, selanjutnya kulap dengan celana dalamku yang kotor. Malam itu aku tidur nyenyak
sekali. Badan rasanya enteng dan nikmat.

Esok harinya, saat paman pergi kerja, aku pura-pura merapikan TV karena kutahu, ada kaset tergeletak di
atasnya. Saat bibi lewat di depanku mau belanja ke pasar, segera kutegur dia. “Bi, kata paman nggak
boleh sering-sering lihat bokep, trus ini apa?” kuperlihatkan dua kaset bergambar tak senonoh di
tanganku.

“Ah, pamanmu kan sudah menikah.” kilahnya.
“Pantes semalam ribut,” kataku menyindir.
“Lho, kok kamu tahu, ngintip ya?” bibi menuduh.
“Gak, aku mau pipis. Tapi gak jadi gara-gara lihat paman dan bibi.” kataku terus terang.
“Kamu ini, badan kamu aja yang gede, tapi masih oon.” kata bibi.

Dia memang kadang meledekku begitu.

“Ya sudah, jangan ceritain sama siapa-siapa apa yang kamu lihat tadi malam ya. Bibi nanti malu.”
tambahnya kemudian.

Aku mengangguk.

Setelah sekali lagi menyakinkanku, bibi akhirnya tersenyum. Ya, dia memang tahu, aku akan merahasiakan
apapun jika aku diminta. Dan bibi memang sangat mempercayaiku.

“Bi, aku boleh lihat gak? Mumpung paman gak ada.” kataku penasaran.
“Jangan ah, nanti ketahuan orang.” katanya.
“Gak bilang siapa-siapa kok, ke paman juga gak kan bilang.” kataku meyakinkan.

Bibi tampak berpikir, lalu. “Bentar aja ya, keburu paman kamu pulang.” katanya.

Akhirnya, hanya sekitar 10 menit aku melihat, sebelum bibi mematikan dan membawa kaset itu ke dalam
kamar. Aku sempat agak ngambek, tapi kemudian tersenyum saat bibi meraba burungku. “Tuh kan, aku bilang
juga apa. Gak baik lihat ginian, jadi tegang deh burung kamu.“ katanya.

“Biarin aja, nanti juga tidur lagi.” sahutku cuek.

Bibi masih memegang dan mengelus-elus burungku dari luar celana. Enak sekali rasanya. Geli-geli gimana
gitu.

“Kamu sudah pernah onani?” tanyanya.

Aku mengangguk, ”Cuma sekali, Bi. Gak lagi deh, perih. Kencing jadi sakit.” kataku berbohong.

“Emang kamu make apaan?” tanya bibi lagi.

Tangannya masih tetap asyik mempermainkan burungku yang sekarang sudah semakin keras dan menegang.Cerita Sex Hot

“Aku gosok pake sabun, temanku bilang gitu.” jawabku.

Bibi hanya tertawa, tapi kemudian kami diam karena kudengar pintu diketuk. Paman sudah pulang. Bibi
segera menarik tangannya dan berlari untuk membukakan pintu. Sedangkan aku, dengan sedikit dongkol pergi
ke kamar dan onani disana.

Sejak itu, ketika paman pergi kerja, aku jadi lebih dekat dengan bibi. Aku selalu menanyakan koleksi
terbaru paman pada bibi, dan menontonnya bersama bibi. Tentu saja tanpa sepengetahuan paman.

Hubunganku dengan bibi pun makin tak canggung lagi. Sambil nonton, bibi selalu mengelus-elus kontolku.
Saking enaknya, sering aku sampai muncrat di celana. Oh ya, bibi tidak pernah menyentuh langsung
burungku. Dia cuma memegangnya dari luar celana. Meski aku sudah sering meminta, bibi tidak pernah
mengabulkannya. ”Gini aja sudah enak kan?” kilahnya setiap kali aku memaksa. Dan memang enak banget,
jadi aku pun diam. Kunikmati saja segala sentuhannya.

Kalau bibi sudah berani berbuat sejauh itu, aku malah tidak berani sama sekali. Benar kata bibi, badanku
memang besar, tapi otakku oon. Meski bibi sudah berkali-kali ’memberikan’ tubuhnya, aku tak kunjung
menjamahnya. Hingga akhirnya dia pun menyerah. Dibiarkannya aku bengong melongo nonton bokep di TV
sementara dia sibuk mengelus-elus kontolku. Cerita Dewasa Istri Pamanku Yang Menggairahkan

Pembicaraan kami juga mulai menyerempet hal-hal porno. Membuat paman tertawa saat mendengarnya. ”Wah,
keponakanku sudah mulai dewasa ya?” begitu komentar dari paman. Dan bibi ikut tertawa sambil mencubit
pipiku.

Suatu hari, ketika aku tak sengaja menggaruk kontolku waktu mau mandi, bibi berkata, ”Tuh lihat, pasti
bulunya sudah banyak.” katanya sambil mencolek paman.

”Masih belum ada kok, Bi.” jawabku malu-malu.
”Masa sih? Kan sudah mimpi?” katanya.
“Iya, kalau diperhatiin sih mungkin ada.” sahutku.

Paman tiba-tiba merangkulku dari belakang. “Kita buktiin.” katanya sambil hendak menarik handuk yang
melilit di tubuhku.

Aku pun menahannya erat.

”Paman, jangan! Malu!” kataku agak marah.
”Malu sama siapa, Cuma ada bibimu disini.” dia terus memaksa.

Tapi untung aku bisa erat memeganginya, hingga handukku tidak sampai melorot. Paman akhirnya menyerah.
”Hahaha… Iya sih, bulunya memang masih belum tumbuh.” katanya. Bibi hanya tertawa melihat tingkah laku
kami.

Paman memang pernah beberapa kali melihatku kencing. Kadang jika diajak berenang, aku dan paman juga
suka mandi bareng. Dan biasanya jika kita membicarakan hal-hal porno, paman selalu mengingatkanku untuk
tidak bercerita ke orang lain. Aku selalu mengiyakannya.

Sampai akhirnya, suatu hari, aku kembali terlibat percakapan dengan paman, Saat itu bibi pergi ke rumah
orang tuanya untuk membawakan oleh-oleh dari paman. Entah siapa yang memulai, saat itu aku bertanya
mengenai malam pertama paman. Akhirnya paman cerita, bahkan dia seperti mengajariku jika nanti aku
menemukan wanita.

“Tapi bibi memang sexy ya, paman? Terus kalau tidur, suka berantakan.” kataku tanpa rasa malu lagi.

Berantakan disini dalam arti baju bibi, bajunya suka menyingkap dan melorot kemana-mana, hingga
memperlihatkan kemontokan dan kemulusan kulit tubuhnya.

“Iya, memang parah bibimu itu.” paman mengangguk mengiyakan.
”malah pernah, waktu tidur, paman kerjai. Sampai pagi dia gak sadar, gak tahu!” kata paman sambil
tertawa.
“Masa sih, paman?” aku bertanya tak percaya.
”Iya, waktu itu dia kan tidur menyamping, paman buka aja kainnya, terus pelan-pelan paman masukin,
gini!” paman mempraktekkan dengan memeluk guling dan memajukan pinggulnya.

Aku cekikikan. ”Kan pake celana, paman. Gimana masuknya?” kataku.

“Bibi kamu itu kalau tidur jarang make celana. Panas katanya. Malah kadang BH juga gak pake.” kata paman
terus terang.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti.

“Eh, tapi nanti jangan kamu coba buktiin lho ya!” kata paman sambil tersenyum.
“Ya gak lah, paman. Mana berani aku.” sahutku.
”Tapi paman suka kasian sama bibimu. Cewek biasanya kan dua kali seminggu pingin gituan, tapi paman cuma
bisa sebulan sekali.” kata paman, matanya tampak menerawang.
”Bibimu pasti sange berat.” tambahnya.
“Masa sih, paman?” tanyaku baru tahu.
“Iya, malah waktu awal nikah, tiap hari kita ngelakuinnya. Makanya, paman suka kasian sama bibi kamu.
Coba kamu perhatiin, pasti dia kadang suka cemberut sendiri kan?” kata paman.
“Iya, paman. Kalau aku tanya kenapa? Katanya, kangen paman.” jawabku.

Dulu aku tidak tahu yang dimaksud ’kangen’ yang bagaimana, sekarang aku baru mengerti.

“Tuh kan, sebenarnya itu tandanya kalau dia lagi pengen negntot!” kata paman vulgar.

Hot Dengan Majikan Ku

“Iya, kasian bibi ya, paman? Coba kalau aku bisa bantu.” kataku bodoh.
“Hehe, iya ya. Coba kalau kamu bisa bantu,” bukannya tersinggung, paman malah santai menanggapi
omonganku.
“Tapi paman berterima kasih sekali, kamu sudah nemani bibi selama ini.” tambahnya.
”Aku juga terima kasih, paman sudah bayarin sekolah aku.” aku menyahut.Cerita Sex Hot

Paman menepuk pundakku.

”Itu sudah tugasku sebagai seorang paman. Eh, ngomong-ngomong, gimana ya caranya supaya kamu bisa bantu
bibi?”

Mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa melongo.

“Gini aja,” paman merubah duduknya, mendekat padaku dan berbisik,
”Kalau bibi lagi cemberut, kamu gituin aja pas dia lagi tidur, hehehe… pasti gak akan sadar, dan
besoknya pasti langsung bisa senyum.“ paman melontarkan ide gilanya.
”Iih, paman, gak berani ah.” kataku.
”Ayolah, apa kamu gak pengen ngentotin bibimu? Enak banget lho rasa memeknya. Peret dan anget banget.”
Paman berkata semakin parah, terus berusaha membujukku.
”Apa paman gak marah nanti?” pengen sih pengen, tapi aku masih takut, juga sungkan kepadanya.
”Hehehe…kalau orang lain, pasti langsung paman bunuh. Kalau kamu sih, gak apa-apa.” katanya sambil
tertawa.
“Iya, paman gak apa-apa,” kataku. “Lha bibi, begitu bangun, pasti aku langsung dicekiknya.” aku
bergidik.
“Ah, gak bakalan bangun, percaya deh sama paman. Dulu sambil merem, bibi megang burung paman.

Terus dibantuin masuk ke lubang memeknya. Lalu bibi ngorok lagi. Mungkin dipikirnya lagi mimpi. Kamu kan
kalau mimpi juga kayaknya bener terjadi kan? Kadang bangun, terus tidur lagi. Begitu juga dengan
bibimu.” kata paman meyakinkan.

Akhirnya, setelah didesak terus, dan karena aku juga sudah nggak tahan, kuiyakan tawarannya. ”Ini paman
yang nyuruh lho, bukan karena aku yang pengen.” kataku sekali lagi untuk memastikan.

Dan percakapan sore itu pun berhenti sampai disitu, karena bibi sudah keburu datang.

Aku sedang asyik nonton bokep bersama bibi, dan seperti biasa, bibi mengusap-usap tonjolan kontolku dari
luar celana. Paman saat itu sedang pergi ke rumah pak RT untuk mengurus KTP baru. Ketika itu aku
bertanya. “Bi, kok sekarang nggak pernah main lagi di depan TV sama paman?” pancingku.

“Masih suka kok, tapi main di kamar. Takut ada yang ngintip.” kata bibi sambil tertawa. Dia menyindirku.
”Ah, bibi jahat. Hilang deh fantasiku buat onani.” kataku merajuk.
”Lho, kan sudah setiap hari dikocok sama bibi?” dia menatap wajahku. ”Kamu masih suka onani sendiri?”
tanyanya tak percaya.
”Ya, iyalah, Bi. Anak seumurku kan lagi pengen-pengennya. Sehari lima kali juga masih kuat.” sahutku
bangga.
”Hmm, pantes aja…” Bibi bergumam.
”Pantes apanya?” tanyaku tak mengerti.
”Burungmu jadi tambah gede!” dia tertawa.
”Masa sih?” perasaan dari dulu juga segini deh. ”Gede mana sama punya paman?” tanyaku penasaran.
”Ehm,” bibi tampak berpikir sejenak.
”Gede punya pamanmu. Tapi kamu kan masih kecil, kalau kamu sudah seumuran pamanmu, pasti punyamu lebih
gede.” dia menjawab diplomatis.

Aku ingin bertanya lagi, tapi sudah keburu maniku muncrat duluan. Kalau sudah begitu, itu tanda kalau
acara nonton bareng harus diakhiri. Bibi segera mematikan TV dan menyimpan lagi kaset bokep milik paman
ke dalam kamar. Aku, dengan celana belepotan penuh sperma, beranjak ke kamar untuk tidur siang. Tubuhku
lemas, tapi puas.

Di luar, kudengar pintu depan dibuka seseorang. Paman pulang. Hmm, benar-benar timing yang pas.

Senin subuh, paman berbisik saat bibi berada di kamar mandi. Paman saat itu sudah siap-siap berangkat
kerja.

“Jagain bibi ya. Kalau bisa tolongin dia kalau lagi cemberut.” katanya sambil tersenyum.
“Ih, paman.” kataku malu, meski juga sudah tak sabar menunggu saat-saat itu.
”Ingat, jangan sampai ada yang tahu. Awas kalau sampai ada yang melihat, paman akan balikin kamu ke
ibumu, dan bilang kalau kamu nakal mau memperkosa bibimu.” ancamnya.
”Beres, paman.” aku mengangguk sambil mengacungkan jempolku.
“Ada apa nih, bisik-bisik sambil senyum-senyum?“ tegur bibi yang baru keluar dari WC.
“Ini, keponakanmu ini tadi malam mimpi basah.” jawab paman berbohong.
“Masa? Mimpiin siapa?” tanya bibi antusias.
“Gak, Bi, paman bohong.” kataku.

Mereka hanya tertawa mendengarnya. Paman pun berangkat sambil diantar bibi sampai gang depan.

Hari itu dan beberapa hari berikutnya, aku sibuk sekali, hingga lupa akan janji kepada paman. Apalagi,
mencari waktu yang pas juga sangat sulit. Aku sekolah seharian, masuk pagi pulang sore. Begitu pulang,
bibi sudah bangun dari tidur siang. Kalo malam, kami tidur beda kamar. Dan bibi selalu mengunci pintu
kamarnya. Meminta langsung, aku masih takut.

Tapi acara nonton bareng dan kocok mengocok masih tetap rutin kami lakukan. Aku berniat untuk
memancingnya saja saat itu, masih menunggu timing yang pas.

Empat hari setelah kepergian paman, bibi terlihat murung. Ia tidak banyak bicara, tapi kurasakan belaian
dan kocokannya menjadi lebih nikmat. Aku langsung ingat cerita paman, inilah saat yang aku tunggu-
tunggu. Bibi lagi sange berat.

Esoknya, setelah pulang sekolah, kuajak bibi untuk nonton bareng. “Bibi rindu paman ya?” tanyaku saat
bibi mulai membelai dan mengelus-elus batang kontolku. Adegan di TV juga sudah mulai panas. Ini adalah
koleksi terbaru paman, film JAV tentang seorang perempuan yang bermain gila dengan adik iparnya. Mirip-
mirip dengan kisahku.

”Iya sih,” bibi mengangguk. ”Tapi sebenarnya bukan pamannya yang bibi kangenin,” ia menggantung
kalimatnya.
“Apanya, bi?” tanyaku meski sudah tahu jawabannya.
“Ah, kamu pasti gak ngerti. Ini masalah orang menikah.“ rupanya dia masih menganggapku bloon, yang
sukanya nonton bokep sambil dikocokin.

Aku sekarang sudah lebih pintar lho, Bi! kataku dalam hati.

”Pokoknya ingin dipeluk aja.” kata bibi menambahkan.
”Dipeluk di ranjang ya, Bi?” tanyaku memancing.

Bibi tampak kaget, tapi lalu tertawa.

“Hehehe… kamu tahu aja.” katanya. “Coba kamu bisa bantu bibi ya…” ia menatap wajahku.
”Bantu meluk? Aku bisa kok.” kataku yakin.

Bibi hanya tersenyum mendengarnya. Dia mengocok penisku semakin cepat saat film sudah setengah jalan.
Hingga akhirnya aku pun melenguh dan… croot, croot, croot! Pejuhku muncrat membasahi celanaku.

Bibi memandangi celanaku yang bernoda hitam. ”Tambah banyak aja manimu.” komentarnya.

”Iya, Bi. Nggak habis-habis ya, padahal sudah tiap hari dikeluarin.” sahutku bego.

Bibi tersenyum dan bangkit berdiri. “Eh, bibi mau keluar dulu, mau beli bakso. Kamu ikut gak?” tanyanya.Cerita Sex Hot

“Gak ah, Bi. Aku tunggu di rumah aja. Aku capek.” ini aku juga heran, sehabis moncrot, aku pasti capek.

Mengangguk mengerti, bibi pun melenggang keluar. “Kamu nitip apa, pangsit apa bakso?” tanyanya sebelum
menutup pintu.

”Apa aja, Bi.“ sahutku lirih, mataku sudah mulai berat.

Aku ngantuk. Bersandar di sofa, aku pun tertidur. Sementara di TV, film masih terus berputar dengan
ajibnya, mempertontonkan sang adik ipar yang sedang menyetubuhi istri kakaknya dengan penuh nafsu.

Sekitar setengah jam aku tertidur. Aku terbangun oleh suara adzan maghrib dari musholla di ujung gang.
Film sudah berhenti berputar, TV hanya menampakkan layar biru bertuliskan merk DVD player milik paman.
Menguap dan melemaskan badan sebentar, aku pun bangkit dan beranjak pergi ke kamar mandi untuk
membersihkan diri. Bibi masih belum pulang. Cerita Dewasa Tradisi di desaku

Keluar dari kamar mandi, kulihat sudah ada bakso dan martabak di meja tengah, ”Ayo makan, mumpung masih
panas.” bibi menawarkan. Rupanya ia kembali saat aku masih di kamar mandi.

Setelah berganti pakaian, kami pun makan bersama. Sambil mengunyah, pikiranku penuh dengan rencana-
rencana agar bisa meniduri bibi malam ini. Tapi semuanya buntu, tidak ada yang bagus. Hingga ketika
nonton TV bersama, justru bibi yang malah melontarkan ajakan. ”Nanti tiduran di tengah sini aja ya,
temani bibi. Di dalam panas, bibi nggak kuat.”

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Aku segera mengangguk penuh antusias. Kami kadang memang suka berleha-leha
di depan TV, tapi tidak sampai tidur seperti malam ini. Kalau paman dan bibi sih sudah sering tidur
disitu, bahkan main juga. Kalau aku, sekali pun tak pernah. Baru malam ini. Dan beruntungnya, bersama
bidadari yang siap kunikmati tubuh indahnya.

Sambil menata bantal dan kasur tipis, bibi bertanya. ”Mau nonton sambil dikocokin lagi nggak?” dia
menawarkan. Memang, biasanya aku dua kali sehari diservis olehnya. Sore setelah pulang sekolah, dan
malam sebelum tidur.

”Nggak usah, Bi. Aku capek.” tapi untuk malam ini, terpaksa aku menolaknya.

Aku harus menghemat pejuhku untuk menyetubuhinya nanti. Biar rangsangannya total dan maksimal.

”Tumben?” bibi tampak terkejut dengan perubahanku.
”Ehm, mungkin karena banyak kegiatan di sekolah tadi.” aku berbohong.

Saat itu, kami sudah berbaring bersisian di depan TV. Bibi menonton acara reality show tentang ajang
pencarian jodoh. Aku sama sekali tidak tertarik. Mataku lebih suka memandangi paha bibi yang putih mulus
karena kain dasternya sedikit tersingkap.

Atau dia sengaja menyingkapnya? Karena meski sudah terangkat hingga hampir memperlihatkan celana
dalamnya, bibi diam saja. Tampak cuek dan tidak berusaha untuk membetulkannya, membuatku pikiranku yang
sudah ngeres jadi tambah kacau.

”Kamu kalau tidur suka bangun nggak?” tanya bibi.
”Nggak, Bi. Aku kalau tidur kaya orang mati. Malah kalau ada yang nampar, nggak kerasa.” kataku
berbohong.
“Masa sih?” bibi tersenyum gembira menemukan orang yang sejenis.
”Bibi juga. Malah kalau ada yang merkosa, bibi nggak bakal tahu, hehehe…” katanya.

Aku mengangguk. Selanjutnya kami ngobrol biasa, mulai dari kegiatanku di sekolah hingga rencana masakan
bibi esok hari. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kulihat bibi sudah tertidur,
sementara aku masih betah nonton bola liga Italy. Dia terlihat nyenyak dan pulas sekali. Nafasnya
teratur dan pendek-pendek. Inilah saatnya aku beraksi.

Tanpa mematikan TV, kupandangi paha bibi yang sejak tadi sudah menggodaku. Dengan hanya berbekal
penerangan dari dapur, karena lampu ruang tengah sudah kumatikan, aku bergeser ke bawah, menuju paha dan
bokongnya. Jantungku berdetak kencang, terus deg-degan saat melakukannya, takut kalau bibi tiba-tiba
bangun dan memergokiku. Tapi teringat kata-kata paman, aku terus memberanikan diri.

Rasa penasaran menyergapku saat kupelototi kulit pahanya yang halus dan mulus. Ada sedikit bulu-bulu
halus disana, juga urat nadi kehijauan yang semburat tak merata. Kulit bibi tampak putih sekali, begitu
bercahaya di tempat yang setengah gelap itu. Aku menoleh, kulihat muka bibi ditutupi bantal dari
samping. Dia masih tidur dengan lelapnya.

Pelan, kusingkap dasternya makin ke atas hingga aku bisa melihat… gila! ternyata bibi tidak mengenakan
celana dalam. Benar kata paman! Bisa kulihat bulatan bokongnya yang bulat dan sekal, juga lubang anusnya
yang mungil dan menghitam, dan ini yang membuatku menahan nafas… lubang senggamanya yang nampak
mengintip malu-malu dari celah selangkangannya. Rambut hitam keriting tumbuh rimbun disana.

Sungguh, jantungku berdegup sangat kencang saat itu. Bila selama ini aku cuma melihat kelamin wanita
dari video-video bokep, sekarang aku menyaksikannya secara langsung. Dan kalau aku beruntung, aku juga
bisa merasakan betapa nikmat benda itu. Ehm, aku jadi tak tahan. Cepat aku melepas celana. Kubebaskan
kontolku yang sudah menegang dahsyat untuk mencari mangsanya.

Kulihat bibi masih tertidur pulas, mukanya masih tertutup bantal. Posisi bibi agak menyamping, dengan
badan sedikit melengkung. Kakinya agak ditekuk ke belakang hingga seperti menonjolkan bagian memeknya.
Sesaat kuletakkan tanganku ke atas jembutnya, untuk memastikan dia benar-benar terlelap atau tidak.
Kuraba benda kasar itu dan kutarik-tarik beberapa kali.

Dan ternyata benar. Bibi masih bernafas lembut, dan tanpa merubah posisinya sedikit pun. Paman tidak
berbohong, bibi kalau tidur memang kayak orang pingsan. Berseru kegirangan, segera kuraba memeknya. Kali
ini lebih keras. Dan bibi tetap tidak bangun.

Rasa takutku hilang sudah, berganti dengan gairah birahi yang menyala-nyala. Tanpa mempedulikan apa-apa
lagi, kucoba mencari lubangnya dengan ujung telunjukku. Kutusuk-tusukkan tepat ke bagian tengah hingga
aku menemukan belahannya. Kusentuh pelan sekali daging basah yang berlipat-lipat itu. Warnanya agak
sedikit menghitam, mungkin karena sering kegesek kontol paman.

Tapi ketika kukuak lebih lebar lagi, warna coklat itu berangsung berubah menjadi merah hati, lalu merah
tua, merah darah, dan akhirnya, tepat di kedalaman lubangnya, kulihat lorongnya yang menganga berwarna
merah kekuningan seperti warna magma gunung berapi. Terasa basah dan sangat lengket saat kutusuk dengan
jariku. Juga hangat dan berkedut-kedut. Ehm, pasti bakalan nikmat sekali kalau penisku yang masuk ke
dalam sana.

Segera kudekatkan batang kontolku ke dalam lubang itu. Posisi bibi yang sedikit melengkung dan
menyamping, memudahkanku untuk melakukannya. Daster bibi yang tersingkap hingga ke pinggang, kurapikan
agar tak mengganggu gerakanku nanti.

”Inilah saatnya.” bertekad dalam hati, aku berusaha mencari lubangnya.

Tapi ternyata sangat sulit. Berkali-kali kutekan, tetap tidak masuk-masuk. Ini aku yang goblok, atau apa
karena lubang memek bibi yang terlalu sempit ya, jadi tidak bisa menampung penisku?

Masih kebingungan, aku terus menekan-nekan. Berharap keberuntungan, siapa tahu bisa pas dan bisa masuk
dengan sendirinya. Tapi kontolku hanya bergeser naik turun, menggesek bibir luarnya berkali-kali. Ugh,
susah sekali. Bahkan sampai lima menit berlalu, aku masih belum berhasil. Aku ingin sedikit melebarkan
paha bibi, tapi takut dia terbangun.Cerita Sex Hot

Tiba-tiba kulihat tangan bibi bergerak, ia meletakkan satu tangan di paha atasnya. Aku sempat cepat-
cepat menarik kontolku, takut tersenggol. Tapi saat kulihat setelah itu ia diam, aku kembali mendekatkan
kontolku. Kembali aku berusaha memasukkan ke lubang kelaminnya, tapi tetap sulit. Saat itulah, tiba-tiba
tangan bibi bergerak. Begitu cepatnya hingga aku tidak sempat menghindar. Dengan lembut dia memegang
kontolku, dan sambil melebarkan pahanya, membimbing benda itu untuk memasuki lubangnya.

Aku tidak melawan, kuikuti apa yang ia lakukan. Lagi-lagi paman tidak berbohong. Bibi, masih sambil
tidur, memberiku jalan untuk menyetubuhinya. Dengan bantuannya, aku bisa menemukan lubang memeknya tanpa
susah payah. Begitu ujung kontolku sudah menancap, aku pun segera mendorong penisku kuat-kuat.

”Heghhk!!!” aku melenguh keenakan saat batangku terbenam seluruhnya.

Nikmat kurasakan saat dinding vagina bibi berkedut-kedut pelan, seperti memijat dan mengurut penisku
begitu rupa.

Dengan gerakan halus, aku mulai menariknya, lalu memasukkannnya lagi. Menariknya lagi, memasukkanya
lagi. Begitu terus hingga gesekan antara batang kontolku dan dinding-dinding kemaluan bibi terasa begitu
nikmat. Memek bibi kurasakan semakin berdenyut, begitu juga dengan batang kontolku. Semakin kupercepat
genjotanku, semakin terasa kencang pula kedutannya.

Aku yang baru pertama merasakan nikmat persetubuhan, benar-benar terbuai. Begitu legitnya memek bibi
hingga membuatku tak bisa menahan diri lebih lama. Mungkin hanya sekitar sepuluh kali aku memaju-
mundurkan kontolku, sebelum akhirnya aku menggeram dan memuntahkan cairan spermaku di dalam benda itu.
Dibarengi denyut kontolku yang menguras isinya, aku pun terkulai lemas. Capek tapi puas. Sangat puas.
Juga sangat senang karena sudah berhasil menikmati tubuh wanita yang selama ini selalu menggodaku.

Tapi, apakah bibi puas juga dengan permainanku yang cuma sebentar itu? Rasanya tidak. Paman saja yang
bisa bertahan lebih lama, kadang tidak bisa memuaskannya. Apalagi aku yang cuma sepuluh tusukan tadi…

Ah, tapi tenang, masih ada ronde kedua. Setelah beristirahat, aku pasti bisa bertahan lebih lama. Malam
masih panjang. Masih banyak waktu bagiku untuk memuaskannya. Pelan-pelan kucabut kontolku yang kini
sudah terkulai lemah. Rasa lega dan nikmat luar biasa masih kurasa di kepala kontolku. Aku ambil taplak
meja, dan pelan kuusap memek bibi, kubersihkan dari lelehan spermaku. Aku tak merasa takut sama sekali,
karena kata paman, paling bibi merasa mimpi basah.

Malam itu, kusetubuhi dia lima kali. Semakin lama, aku semakin kuat bertahan. Bahkan di permainan yang
kelima, saat hampir mendekati subuh, kugoyang tubuh bibi hingga 15 menit. Bibi bahkan sedikit melenguh
dan mengimbangi goyanganku. Sepertinya dia ngelindur.

Puas menumpahkan spermaku di dalam memeknya, cepat-cepat aku kembali ke kamar setelah terlebih dahulu
merapikan daster bibi dan menyeka cairanku yang berceceran di selangkangannya.

Paginya, saat ketemu di meja makan untuk sarapan, kulihat wajah bibi ceria sekali. Aku jadi agak tenang,
apa kata paman memang benar, pikirku. Tapi apa pantas kupanggil dia paman setelah kutiduri istrinya yang
cantik? Ah, tidak apa-apa, toh dia yang menyuruh. Mengingatnya, hatiku jadi agak tenang.

Siangnya, sepulang sekolah, bibi sudah menungguku di depan TV. ”Nonton yuk, bibi punya kaset baru.”

Tidak bisa kutolak ajakannya. Dan seperti biasa, dia mengelus dan mengocok penisku dari luar celana.
Benda ini sudah pernah masuk ke dalam memek bibi, merasakan kerapatan dan kehangatannya! batinku dalam
hati.

”Kok dikit amat?” tanya bibi curiga saat melihat maniku yang cuma menetes dua kali.

Semalam sudah keluar banyak di memek bibi, ini cuma sisanya! Tapi tidak mungkin aku berkata seperti itu.

”Nggak tahu, Bi. Kecapekan kali, tadi sekolah aku main sepak bola.” itulah jawaban yang aku berikan.

Dan untungnya bibi percaya. Dia tidak bertanya apa-apa lagi.

Kira-kira empat hari setelah persetubuhan pertamaku, kulihat bibi sudah mulai cemberut lagi.

“Bibi kangen pamanmu lagi,” katanya.
“Apa, Bi?” aku sedikit tidak konsen dengan omongannya.

Aku sedang mengejar orgasmeku yang sebentar lagi sampai. Tak sampai satu menit, aku pun muncrat.

Setelah membersihkan tangannya dengan tisue, bibi mengganti tayangan bokep di TV dengan sinetron biasa.
“Kemarin pas kangen gini, bibi mimpi ketemu pamanmu, jadi rindu bibi sedikit terobati. Mudah-mudahan
malam ini bibi bisa mimpi ketemu dia lagi.” katanya penuh harap.

”Kemarin Itu aku, Bi…” jeritku dalam hati.
“Emang mimpi apa, Bi?” aku bertanya, pura-pura tidak tahu.
“Mimpi basah,” sahutnya singkat.
“Emang perempuan bisa mimpi juga?” tanyaku jujur, aku memang tidak tahu kalau perempuan bisa mimpi juga.
“Emangnya cuma lelaki aja.” bibi mengacak-acak rambutku.
“Kamu kalau tidur, kalau ada yang jahil, kerasa gak?” tanyanya kemudian.
“Nggak, Bi. Nggak kerasa sama sekali.” kataku, mempertahankan kebohonganku tempo hari.

Waktu belum pukul sembilan, tetapi aku telah pura-pura terlelap depan TV. Bibi mengikuti dengan
berbaring di sebelahku. Setelah sekitar 15 menit, tiba-tiba kurasakan usapan-usapan lembut di celah
pahaku.

“Duh, dasar! Kok sudah tidur sih?!” kudengar bibi berguman.

Aku hanya diam saja, tetap pura-pura tidur. Tak lama, kurasakan usapannya makin mendekati daerah
kemaluanku. Aku tetap diam. Saat itu bibi sudah mematikan lampu ruang tengah, bahkan lampu dapur juga
dia matikan, sehingga keadaan sekarang gelap gulita. Hanya cahaya TV yang menerangi apa yang sedang dia
lakukan.

Usapan bibi makin berani, dia sekarang meremas-remas kontolku. Kemudian kurasakan dia membuka resleting
celanaku, dan kembali dia meremas gundukan kontolku yang masih terlindung celana dalam. Saat itu
kontolku sudah mulai bangkit. Sungguh, saat itu, aku hanya bisa pura-pura tidur. Aku harus tetap diam
karena sudah telanjur ngomong aku kalau tidur kayak orang mati.

Sampai kemudian kurasakan tangannya mengeluarkan kontolku pelan, inilah untuk pertama kali bibi memegang
kontolku secara langsung. Rasanya nikmat banget saat jemari lentiknya membungkus dan memegang erat
batangku, mengocoknya perlahan. Membuatku mendesis dan menggeram nikmat tertahan. Kudengar nafas bibi
juga sudah mulai berat. Ia menggumam-gumam, seperti mengagumi ukuran dan panjang penisku.

”Gede banget… panjang… bikin ngilu… enak…” itulah sederet kata-kata yang kudengar keluar dari bibir
manisnya.

Tiba-tiba dia menghentikan kocokan. Aku yang sudah mulai naik, sesaat sudah ingin protes. Biarlah
samaranku terbongkar, yang penting aku bisa terus menikmati belaian tangannya. Sampai kemudian kurasakan
kontolku seperti dihisap-hisap… oh, bukan! Kontolku dimasukkan ke dalam lubangnya yang bisa menghisap.
Lubang memeknya. Bibi telah menunggangiku. Dia menduduki penisku yang sudah mengacung tegak ke atas
hingga amblas seluruhnya, masuk ke dalam lubang surgawinya.

Rasanya sungguh nikmat. Kalau dulu aku yang aktif, sekarang gantian bibi yang aktif. Dengan cepat dia
segera menggoyang tubuhnya hingga membuatku tak kuasa untuk menahan rasa. Geli, nikmat, dan enak
bercampur menjadi satu, menjalar ke seluruh tubuhku. Saat kurasa spermaku sudah hampir muncrat, bibi
tiba-tiba menggeram dan menduduki penisku dalam-dalam. ”Heghh!!!” dia memekik saat dari dalam memeknya
menyembur cairan hangat. Deras dan banyak sekali. Kontolku rasanya seperti disiram air teh.Cerita Sex Hot

Aku yang terkaget-kaget, menyusul tak lama kemudian. Tanpa melepas penis, kutembakkan pejuhku ke mulut
rahim bibi. Beberapa kali kedutan kurasakan sebelum akhirnya berhenti dan membuatku lemas. Melenguh
keenakan, bibi segera mencabut memeknya dan kurasakan tangan bibi merapikan kembali celanaku, sebelum
akhirnya dia melangkah menjauh, meninggalkanku sendirian di ruang tengah. Sedetik kemudian, kudengar
pintu kamarnya ditutup dan dikunci dari dalam.

Selesailah permainan kami malam itu. Sama-sama ingin, sama-sama puas.

Sampai pagi, aku tidak pindah ke kamar. Badanku terlalu capek untuk sekedar bangkit dan berjalan.
Kudengar bibi berkata saat matahari sudah bersinar terang lewat jendela.

“Kamu nggak bangun? Cepat, nanti kesiangan ke sekolah.”

Aku langsung mandi, sementara bibi sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selesai mandi dan ganti
pakaian, bibi mengajakku makan. Selama itu, aku tidak banyak bicara, bingung mau ngomong apa. Tapi bibi
bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan menurutku, ia terlalu periang pagi ini. Rupanya permainan
denganku tadi malam cukup memuaskannya.

Sorenya, sepulang sekolah, aku mendapat kejutan. Saat aku hendak mandi, kulepas celana dan bajuku di
kamar. Dengan hanya memakai handuk, aku melintas di depan bibi yang sedang sibuk mengelap meja makan.
Dia menyapaku.

“Hei, sini sebentar.” bibi melambaikan tangannya yang lagi memegang serbet.

Aku pun mendekat. ”Ada apa, Bi?” tanyaku tanpa rasa curiga sedikit pun. Kukira dia mau mengajakku nonton
dan ngocok, seperti biasa. Kalau itu nanti saja, sehabis mandi.

“Ehm, anu…” bibi tampak ragu untuk mengutarakan maksudnya.
”Iya, Bi?” aku menunggu.

”Ehm, itu… bibi mau lihat, penasaran. Boleh ya?” tiba-tiba bibi bilang begitu.

Dan belum sempat aku menjawab, dia sudah meraih handukku dan menariknya cepat hingga aku telanjang bulat
di depannya.

”Ah, Bi! Apa-apaan sih?” cepat kututupi burungku yang setengah ngaceng dengan tangan.
“Ih, sudah kelihatan ya bulunya?” dia tertawa, tampak nakal sekali.

Aku yang awalnya kaget dengan tingkahnya, dengan cepat mengangguk mengiyakan. Begitu senang dengan
perubahan besar ini. Bayangkan, bibi yang selama hampir dua bulan kupaksa untuk melihat kontolku, kini
malah dengan senang hati memelototinya tanpa kuminta.

“Bi, udah ah. Aku mau mandi.” kataku jaim, padahal dalam hati tidak ingin kenikmatan ini cepat berakhir.
“Halah, baru juga jam empat sore.” sahutnya.
”Gak apa-apa, tenang saja. Sekarang kamu nurut sama bibi.” dia menarik tanganku agar tidak menutupi
kontolku lagi. ”Bibi pengen lihat, jangan ditutupi.” bisiknya.

Sekarang jarak kami sudah tinggal sejengkal. Bibi tak berkedip menatap burung mudaku. Ia tampak suka dan
terpesona.

”Kenapa tidak dari dulu. Bi?” tanyaku. Aku penasaran dengan tingkahnya yang nakal pagi ini.
”Bibi kemarin mimpi burung pamanmu masuk ke lubangnya bibi, membuat bibi kepikiran terus. Daripada sakit
kepala gak bisa tidur, kan mending lihat punya kamu saja, toh panjang dan bentuknya juga sama.”
terangnya tanpa malu-malu.
”Sini, deketin.” bibi menarik kontolku agar mendekat ke arah selangkangannya.
“Tapi, Bi.” sergahku saat kulihat bibi mulai membuka kakinya, siap menyelipkan batang penisku diantara
lipatan pahanya.
“Sudah, gak apa-apa, kamu santai aja.” bisiknya menenangkanku.

Aku pun diam dan menurut. Memang ini yang kuinginkan, bersetubuh dengannya. Tapi saat kesempatan itu
ada, kenapa aku malah grogi seperti ini? Benar-benar aneh.

Kurasakan ujung kontolku menyentuh benda berbulu saat bibi menyelipkan batangku masuk ke dalam belahan
memeknya, membuat kontolku langsung mengeras perlaha. Aku hanya diam menikmatinya, tidak berani protes
atau bicara sedikitpun. Biarlah bibi yang aktif, aku ikuti saja permainannya.

Perlahan bibi menyingkapkan dasternya. Seperti sudah bisa ditebak, tidak ada apa-apa lagi di dalamnya.
Bibi tidak memakai celana dalam. Tampak selangkangannya yang rimbun, dengan penisku terselip di tengah-
tengahnya. Kulihat bibir memeknya telah rapat dengan ujung kontolku.

Bibi menarikku mengikuti tubuhnya yang berjalan mundur, mendekati meja makan. Kini aku tahu kenapa tadi
dia mengelapnya, rupanya dia mau menggunakan meja itu sebagai ajang pertempuran kami nanti. Saat
pantatnya menyentuh meja, bibi melepas kain dasternya hingga kami sama-sama telanjang bulat. Bisa
kulihat gundukan payudaranya yang begitu mengkal dan menggoda. Tampak bulat dan tidak turun sedikit pun
karena bibi memang belum pernah hamil dan menyusui.

Tanpa basa-basi, bibi membaringkan tubuhnya sambil meraih kontolku, lalu membimbingnya untuk masuk ke
dalam lubang kewanitaannya yang sudah merekah basah. ”Oughh..” aku melenguh nikmat saat batangku
kudorong hingga amblas seluruhnya. Kurasakan tangan bibi mencengkeram pantatku, menyuruhku untuk
menggerakkannya maju mundur tanpa suara.

Aku mengikuti gerakan tangannya, sampai akhirnya dua tangan bibi melingkar di leherku. Sambil menciumi
payudaranya, aku terus mengenjot tubuh sintal istri pamanku itu.

“Ehm, enak banget! Kamu memang pintar.” rintihnya.Cerita Sex Hot

Tidak menjawab, kugoyang pinggulku semakin cepat. Meja makan sampai berderit-derit akibat menahan
genjotanku.

”Kamu enak gak?” tanya bibi.

Aku mengangguk agar dia juga tahu kalau aku menikmati persetubuhan ini. Bibi kemudian mencium bibirku.

“Terima kasih ya, sudah bantu bibi nyalurin nafsu. Bibi cuma pingin aja tadi.” katanya sambil meraba
batang kontolku, memintaku untuk menusuk semakin dalam.

”Kenapa nggak dari dulu, Bi?” tanyaku ingin tahu.
”Perempuan itu pemalu, tidak seperti laki-laki.” jawabnya diplomatis.
”Ahh, enak banget. Bibi nggak nyangka kontol kamu gede gini.” katanya.

Tidak menjawab, aku hanya terus menggenjotnya, menciumi bibirnya, dan meremas-remas payudaranya.
Sesekali bibi menggeliat akibat tusukanku. Kurasakan memeknya menjadi semakin basah. Peluhku terus
mengalir, bercampur dengan keringat bibi.

Akhirnya, setelah berusaha cukup lama, akupun mendekapnya erat, dibarengi dengan desahan ahh… dari
mulutku. Aku orgasme. Begitu juga dengan bibi. Cairan kami bercampur, dan sekali lagi memenuhi memek
bibi.

Baca Juga Cerita Sex Dinda

Sejak itu, kami tak ragu lagi untuk mengulangnya. Tidak ada lagi batas bibi dan keponakan diantara kami
berdua. Di usiaku yang baru berjalan 14, aku telah merasakan nikmatnya dunia. Hampir tiap hari kami
melakukanya. Yang membuatku heran, setiap paman akan berangkat kerja, dia selalu menitipkan bibi
kepadaku, dan menyuruhku untuk memuaskannya. Tidak ada rasa cemburu sama sekali pada diri laki-laki itu
meski tahu istrinya aku pakai.

Tahun keenam pernikahan mereka, akhirnya bibi hamil, anakku. Paman sangat senang, bahkan dia mengadakan
syukuran. Aku dan bibi masih terus bersetubuh. Bahkan kini lebih gila karena kami sudah tidak sungkan-
sungkan lagi untuk melakukannya di depan paman. Paman sama sekali tidak keberatan, malah dia beberapa
kali ikut bergabung untuk memuaskan hasrat nafsu bibi yang menggebu-gebu.- Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seks, Cerita Hot, Cerita Ngentot, Cerita Bokep.